Tuesday, April 29, 2008

Mengeluh - Coutersy of Geti

Mengeluh

Sebuah kata sederhana yang mungkin jarang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi seringkali kita praktekkan langsung baik secara sadar maupun tidak sadar. Beberapa waktu lalu saya berkumpul dengan teman-teman lama saya. Seperti biasanya kami membicarakan mengenai pekerjaan, pasangan hidup, masa lalu, dan berbagai macam hal lainnya.

Setelah pulang saya baru tersadar, bahwa kami satu sama lain saling berlomba untuk memamerkan keluhan kami masing-masing seolah-olah siapa yang paling banyak mengeluh dialah yang paling hebat.

"Bos gue kelewatan masa udah jam 6 gue masih disuruh lembur, sekalian aja suruh gue nginep di kantor!"

"Kerjaan gue ditambahin melulu tiap hari, padahal itu kan bukan "job-des" gue"

"Anak buah gue memang bego, disuruh apa-apa salah melulu".

Kita semua melakukan hal tersebut setiap saat tanpa menyadarinya. Tahukah Anda semakin sering kita mengeluh, maka semakin sering pula kita mengalami hal tersebut. Sebagai contohnya, salah satu teman baik saya selalu mengeluh mengenai pekerjaan dia. Sudah beberapa kali dia pindah kerja dan setiap kali dia bekerja di tempat yang baru, dia selalu mengeluhkan mengenai atasan atau rekan-rekan sekerjanya. Sebelum dia pindah ke pekerjaan berikutnya dia selalu ribut dengan atasan atau rekan sekerjanya. Seperti yang bisa kita lihat bahwa terbentuk suatu pola tertentu yang sudah dapat diprediksi, dia akan selalu pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya sampai dia belajar untuk tidak mengeluh.

Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini menjadi suatu kebiasaan dan parahnya lagi mengeluh menjadi suatu kebanggaan. Bila Anda memiliki dua orang teman, yang pertama selalu berpikiran positif dan yang kedua selalu mengeluh, Anda akan lebih senang berhubungan dengan yang mana? Menjadi seorang yang pengeluh mungkin bisa mendapatkan simpati dari teman kita, tetapi tidak akan membuat kita memiliki lebih banyak teman & tdk akan menyelesaikan masalah kita, bahkan bisa membuat kita kehilangan teman-teman kita.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita mengeluh? Kita mengeluh karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita. Bagaimana kita mengatasi hal ini. Caranya sebenarnya gampang-gampang susah, kita hanya perlu bersyukur.

Saya percaya bahwa di balik semua hal yg kita keluhkan PASTI ADA hal yg dapat kita syukuri.

Sebagai ilustrasi, Anda mengeluh dengan pekerjaan Anda. Tahukah Anda berapa banyak jumlah pengangguran yang ada di Indonesia ? Sekarang ini hampir 60% orang pada usia kerja produktif tidak bekerja, jadi bersyukurlah Anda masih memiliki pekerjaan dan penghasilan. Atau Anda mengeluh karena disuruh lembur atau disuruh melakukan kerja ekstra. Tahukah Anda bahwa sebenarnya atasan Anda percaya kepada kemampuan Anda? Kalau Anda tidak mampu tidak mungkin atasan Anda menyuruh Anda lembur atau memberikan pekerjaan tambahan. Bersyukurlah karena Anda telah diberikan kepercayaan oleh atasan Anda, mungkin dengan Anda lebih rajin siapa tahu Anda bisa mendapatkan promosi lebih cepat dari yang Anda harapkan.

Bersyukurlah lebih banyak dan percayalah hidup Anda akan lebih mudah dan keberuntungan senantiasa selalu bersama Anda, karena Anda dapat melihat hal-hal yang selama ini mungkin luput dari pandangan Anda karena Anda terlalu sibuk mengeluh.

Try it now:

1. Bersyukurlah setiap hari setidaknya satu kali sehari. Bersyukurlah atas pekerjaan Anda, kesehatan Anda, keluarga Anda atau apapun yang dapat Anda syukuri. Ambilah waktu selama 10-30 detik saja untuk bersyukur kemudian lanjutkan kembali kegiatan Anda.

2. Jangan mengeluh bila Anda menghadapi kesulitan tetapi lakukanlah hal berikut ini... Tutuplah mata Anda, tarik nafas panjang, tahan sebentar dan kemudian hembuskan pelan-pelan dari mulut Anda, buka mata Anda, tersenyumlah dan pikirkanlah bahwa suatu saat nanti Anda akan bersyukur atas semua yang terjadi pada saat ini.

3. Biasakan diri untuk tidak ikut-ikutan mengeluh bila Anda sedang bersama teman-teman yang sedang mengeluh dan beri tanggapan yang positif atau tidak sama sekali. Selalu berpikir positif dan lihatlah perubahan dalam hidup Anda. "Semakin banyak Anda bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Anda miliki, maka semakin banyak hal yang akan Anda miliki untuk disyukuri."

(Courtesy of Geti)

Thursday, April 24, 2008

Penyelam Mutiara - Courtesy of Yanti Yulianti

Penyelam Mutiara

Seorang penyelam mutiara dengan bekal tabung oksigen siap
melaksanakan tugas. Saat akan terjun menyelam, niatnya bulat
ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya.
Tetapi begitu berada di bawah permukaan laut, ia lupa apa
yang harus dicarinya. Pemandangan dalam laut sangat mempesona.
Bunga karang melambai-lambai seakan memanggilnya,
ikan-ikan aneka warna berkejaran membuatnya terpana.
Penyelam tergoda ikut bercanda dan lupa tugas semula.

Hingga suatu saat ia terkejut tatkala sadar oksigen tinggal
sedikit tersisa. Timbul rasa takut, terbayang bagaimana
amarah majikan nanti bila ia muncul ke permukaan laut tanpa
tiram mutiara di sekitarnya. Namun sayang, kekuatan
fisik sudah melemah, tenaga telah terkuras bercanda dengan
keindahan alam di bawah laut. Akhirnya karena tabung oksigen
kosong, walaupun tiram mutiara baru didapat sedikit, mau
tidak mau penyelam harus kembali ke permukaan.
Malangnya lagi, akibat tergesa-gesa kantung berisi tiram mutiara
tak diikat baik, hingga lepas tersenggol ikan yang berseliweran.
Tumpahlah berserakan tiram mutiara, tak ada waktu untuk
memungutnya kembali. Di permukaan, majikan yang telah menunggu
marah besar karena penyelam tak membawa hasil.
Ia dipecat tanpa pesangon.

Dengan penuh sesal, ia memohon kesempatan ulang,
"Tuan ijinkanlah aku kembali menyelam, pasti akan kucari
tiram mutiara sebanyak-banyaknya." Namun majikan tegas
menolak, "Sia-sia engkau kuberi kesempatan, ternyata engkau
hanya pandai membuang-buang oksigen saja!"

(Courtesy Of Yanti Yulianti)

Tuesday, April 22, 2008

Menciptakan perang - Courtesy of Endah Suliyanti

Kita akan selalu menciptakan perang...,

Selama kita tetap melekat pada sebuah ideologi, selama kita ambisius, mencari kesuksesan, mau tidak mau kita akan menciptakan perang. Mungkin bukan perang yang menghasilkan kehancuran lahiriah, tetapi kita akan berkonflik satu sama lain dan di dalam diri kita sendiri, yang sesungguhnya adalah sebentuk perang. Saya rasa kita tidak melihat ini, dan sekalipun kita melihat, kita tidak serius tentang itu. Kita mengharapkan terjadi suatu mukjizat untuk mengakhiri perang, sementara kita terus hidup seperti sekarang di dalam struktur sosial seperti sekarang, mengeduk uang, mengejar kedudukan, kekuasaan, ketenaran, mencoba menjadi termasyhur, dan sebagainya. Itulah pola kita, dan selama pola itu ada di dalam pikiran dan hati kita, mau tidak mau kita akan menghasilkan perang.

J Krishnamurti - Hamburg, 1956
(Courtesy of Endah Suliyanti)

Tuesday, April 8, 2008

2nd Reunion - Day 2 Part 3

DAY 2 PART 3
THE FAREWELL


Beberapa permainan pun berlanjut. Permainan dengan nama yang masih belum jelas yang menggunakan tali rafia sebagai instrumen utama dalam permainan tersebut. Tali sana tali sini, simpul sana simpul sini, dan kemudian melepaskannya dengan cara yang ternyata salah satu dari pencetus game itu sendiri, Geti -- dibantu Sandi and Haerul -- kebingungan mencari solusi menyelesaikan permainan tersebut.

Bersiap dengan permaian baru.


Yup..., semua dah siap.


Sibuk memecahkan teka-teki.


Sang pencetus pun kebingungan.
Apa lagi di bawah ancaman bakal di ceburin ke kolam ikan
di deket Mushola.

Setelah itu kita menuju lapangan Volley. Memang sich..., namanya Volley...., tapi sebenarnya permainan yang kita lakukan berikutnya lebih pantes tuk di sebut Voli Gaya Bebas. Betapa tidak, dalam olah raga terebut yang ada hanya canda tawa dan lawakan yang gila-gilaan. Bahkan dalam pertandingan itu, sang wasit (lagi-lagi Geti) tidak hanya tidak bisa menghitung dengan benar bahkan ia pun bebas "moyok kaditu kadieu".

Tim sebelah sono.


Tim sebelah sini.
Sandi yang abis "kecelakaan" tetep ngotot pengen ikut maen.

Permainan akhirnya selesai kita terlalu lelah -- lelah karena tertawa, bukan karena olah raganya -- dan ingin segera menuju halaman belakng tuk nikmatin "The Bancakan". Mohon maaf karena perut yang memang sudah begitu lapar, hiruk pikuk "The Bancakan" terlepas dari dokumentasi Mr. Anto Pasgati. Kami hanya memiliki rekaman Videonya saja. Mau liat? Tunggu aja ya.

Abis makan, Sandi memberikan beberapa kalimat penutup yang intinya adalah harapannya agar silaturahmi tidak berhenti sampai disini.

So..., See you so soon.

Dadah.....!!!

NB:

Beberapa diantara kita masih tetep ngumpul sampai saat ini. Dan kita selalu mengenang kembali saat-saat gembiraitu. Salah satu yang kita obrolkan adalah betapa salah satu dari kita terdapat seorang cowok yang bukan dari angkatan kita dan bukan dari SMPN 9, tapi ia memiliki sifat yang "very easy going" dan juga "such a nice person to be around with". Dia maen bareng kita, becanda bareng kita dan tertawa bareng kita. Seorang yang memang menyenangkan tuk bergaul. Cowok itu adalah suami tercinta dari teman kita Yanti Yulianti.

Design by Dzelque Blogger Templates 2008

Dzelque 2008 Jedig 2008